Ngewe Dengan Bu Misye




Dalam narasi ini,ibu Misye turut nikmati pada akhirnya narasi ini kami masukan dalam kelompok narasi 1/2 baya, serta mudah-mudahan bisa jadi pelajaran buat ibu 1/2 baya diperjalanan, baik itu pulang kantor atau kepasar.
Bu Misye diperjalanan pulang dari tempat dia kerja sangat terpaksa berlindung sebab ia tidak bawa jas hujan. Bu Misye berlindung dalam suatu bangunan yang belum jadi tetapi telah beratap. Sesudah menumpukan motornya Bu Misye cari pas duduk serta rupanya ada satu bangku panjang. Baju yang dikenai suadah basah semua, Bu Misye awalnya punya niat tidak untuk berlindung tetapi sebab hujannya makin lebat serta dibarengi angin serta petir karena itu dia putuskan untuk berlindung, meskipun dalam hatinya kuatir sebab hari telah mendekati gelap tetapi pertanda hujan akan surut belum ada.

Baru saja duduk tiba seorang pemuda tanggung yang akan berlindung. Sesudah menumpukan Tiger yang dipakainya, pemuda itu segera masuk dalam bangunan yang belum jadi itu. Bu Misye pertama cukup cemas dengan pemuda itu tetapi pada akhirnya kekhawatirannya pada akhirnya hilang sebab lihat performanya keramahannya. Bu Misye melempar senyum dibalas dengan senyum oleh pemuda itu.

Unduh Video Bokep Indo

Unduh Cewek 17tahun

Sarah Azhari Exposed

Pemuda tanggung itu berkulit putih bersih serta muka yang disadari oleh Bu Misye memang tampan. Pemuda itu duduk di bangku panjang cukup berjauhan terletak dengan Bu Misye.

"Hanya sendirian Bu?" pemuda itu mengawali perbincangan.

"Iya Dik" Bu Misye menjawab.

"Adik darimanakah?" sambungnya.

"Dari rumah rekan, sedang Ibu sendiri darimanakah?" pemuda itu menyambung.

"Dari tempat kerja Dik" Bu Misye menjawab.

"Koq sampai sore Ibu, memang tidak dijemput oleh suami atau putra Ibu?" pemuda itu kembali lagi menanyakan.

"Tidak Dik.. walaupun sudah tua Ibu berupaya sendiri lagian beberapa anak Ibu sudah memiliki keluarga semua" Bu Misye menyahut.

"Eh Adik masih kuliah keliatannya, nama Adik siapa agar enak jika manggilnya" lanjut Bu Misye, walaupun dalam hatinya ia cukup bingung mengapa harus menanyakan namanya.

"Iwan Ibu, masih kuliah semester pertama, nama Ibu?" jawab pemuda itu.

"Misye" jawab Bu Misye.

"Ibu umurnya berapakah koq ngakunya telah tua?" Iwan menanyakan.

"Sudah hampir limapuluh Dik Iwan" jawab Bu Misye.

"Koq masih keliatan semakin muda dari umur Bu Misye lho?" lanjut Iwan.

Perbincangan berhenti sesaat. Pakaian yang digunakan oleh Bu Misye yang basah dengan jelas cetak buah dadanya yang sekal terbungkus oleh BH hitam yang keliatan benar-benar melawan di umurnya. Rambutnya yang teruarai lurus sebahu terlihat basah . Kulitnya yang putih terlihat titik air yang masih tetap membasahinya. Iwan terus memandangi badan yang Bu Misye.

"Badan Ibu masih bagus lho, Bu Misye pasti benar-benar dapat menjaga badan" mendadak Iwan merusak kesunyian.

Bu Misye cukup terkejut dengan pertanyaan Iwan. Ia cukup tersinggung dengan pertannyan itu ditambah lagi mata Iwan yang tidak terlepas dari dadanya. Anak ini rupanya cukup kurang ajar.

Belum juga keterkejutannya hilang, Iwan mengatakan lagi, "Pasti suami Ibu sendiri benar-benar sengan dengan istri yang secantik serta semolek Bu Misye" Iwan mengatakan sekalian meremas-remas kemaluannya yang masih tetap dibungkus celananya.

Lihat keadaan yang kurang baik itu, Bu Misye tidak menjawab, ia langsung berdiri ke arah motornya meskipun hujan nampaknya makin menjadi-jadi. Tetapi tangan Iwan terlebih dulu menyahut tangan Bu Misye. Bu Misye makin geram.

"Kau ingin apa haa?" hardiknya.

"Hujan masih lebat, sedang kita hanya berdua.. saya inginkan Ibu" sahut Iwan dengan santainya sekalian merangkul Bu Misye dari belakang.

"Inginkan apa?" Bu Misye cukup berteriak sekalian berupaya melepas pelukan Iwan.

"Inginkan badan Ibu.." Iwan mengatakan sekalian tangannya berlaga menggerayangi badan Bu Misye dari belakang.

"Jangan Dik Iwan.. apa kamu tidak berasa umurku.. seumuran dengan ibumu" Bu Misye berupaya untuk memperingatkan.

"Malah itu saya senang" Iwan menyahut.

Tangan kirinya merangkul Bu Misye dari belakang, tangan kananya berupaya membuka rok yang digunakan Bu Misye sesudah terkuak ke atas Iwan keluarkan penisnya yang telah keras berdiri. Tidak tertinggal CD yang digunakan oleh Bu Misye dipelorotkan ke bawah.

Tangan Iwan meraba-raba memek Bu Misye yang ditumbuhi oleh jembut yang rimbun. Jarinya berupaya masuk dalam lubang kesenangan Bu Misye.

"Dik Iwan.. To.. long.. hentika.. ka.. ka.. ka.. mu tidak se.. harusnya mela.. kuka.. ini.. Dik Iwan Iwan.." Bu Misye berupaya memperingatkan lagi dengan terbata-bata.

"Ah.. Jangan.. Dik Iwan.. Ibu.. telah tua.. ingat.." imbuhnya lagi.

Iwan tidak menggubris beberapa kata Bu Misye jarinya telah masuk dalam vagina Bu Misye serta main-main didalamnya. Selanjutnya Iwan berupaya mengubah badan Bu Misye, kemudian dengan kasar Iwan menggerakkan badan molek itu hingga jatuh terjerebab ke tanah. Dengan sikap duduk mengkangkang Bu Misye berupaya bangun lagi dari duduknya. Pahanya yang mulus terkuak sampai ke pangkalnya. Baju sisi atas acak-acakkan terlihat beberapa kutang warna hitam yang seakan tidak dapat meredam volume buah dada indah Bu Misye.

Belum berdiri Iwan mengatakan sekalian melepas celana serta pakaiannya, "Bu Misye, anda berteriakpun tidak akan ada orang yang dengar.. tempat ini cukup jauh dari rumah masyarakat seharusnya Bu Misye tak perlu beberapa macam"

"Saya tidak akan sudi layani kamu.. anak muda" Bu Misye 1/2 berteriak.

"Telah jangan banyak bicara bebaskan bajumu.. cepat.. dibanding saya menyakiti Ibu" sahut Iwan sekalian melepas celana dalamnya, terlihat tangkai kontolnya yang telah mengacungkan keras.

Airmata Bu Misye mulai berlinang. Ia berasa benar-benar ketakutan serta bimbang hatinya. Ia berasa tidak bernilai di depan anak muda yang patut jadi anaknya. Ia berasa menyesal berlindung dalam tempat itu, ia berasa menyesali baju kerja yang seringkali dia gunakan. Rok yang begitu tinggi serta pakaian yang terbuka yang menunjukkan BHnya yang seolah tidak muat meredam buah dadanya, hingga membuat beberapa lelaki yang menatapnya seakan menelanjanginya. Tetapi dalam hatinya mengatakan jika baru saat ini ia lihat kemaluan lelaki yang besar, ****** suaminya tidak sebesar itu. Darahnya berhembus kencang.

Belum hilang keterpanaannya telah dikagetkan oleh suara Iwan lagi, "Cepatt! Telah tidak tahan nih.."

Sebab dirundung ketakutan, dengan perlahan-lahan tangan Bu Misye melepas satu-satu kancing pakaiannya. Tampaklah payudaranya yang dibungkus oleh BH hitam.

"Cepat terlepas kutangmu!" bentak Iwan.

Dalam hati Bu Misye mengatakan anak muda memang tidak sabaran. Sesudah melepas BHnya, tumpahlah payudara Bu Misye yang masih tetap terlihat sekal serta merangsang, puting susunya yang coklat kehitam-hitaman terlihat melawan sekali.

Iwan jongkok di dekat Bu Misye tangannya mulai menggerayangi payudara Bu Misye.

"Uh.. ah.. ah.." rintih Bu Misye saat tangan Iwan memilin milin putingnya.

Tidak senang memilin-milin mulut Iwan mulai datang di puncak anggur itu. Lidahnya menari-nari serta saat disedot keras-keras Bu Misye cuma dapat menggigit bibir sisi bawah serta pejamkan matanya. Sesudah senang dengan buah dada Bu Misye Iwan bangun selanjutnya dekatkan kontolnya yang besar itu ke mulut wanita paruh baya yang loyo itu.

"Hirup.. Bu Misye" perintahnya.

"Cepatt!" bentak Iwan saat Bu Misye belum lakukan apakah yang dia kehendaki.

Pada akhirnya Bu Misye mengulum tangkai zakar. Pertama ia lakukan nyaris ia muntah sebab semasa hidupnya ia baru lakukan seringkali dengan suaminya. Bu Misye seolah tidak yakin apakah yang ia kerjakan saat ini, ia di tempatnya kerja ialah orang yang dihormati sedang di kampungnya ia orang yang dihormati Ibu-Ibu. Tetapi pada sekarang ini ia melakukan hal yang kotor sampai pasti kehormatannya untuk wanita hilang benar-benar.

Iwan dengan kasar memaju mundurkan kontolnya hingga terdengar suara keras merangsang. Sesudah senang Iwan bangun lagi selanjutnya di ambil tempat ditengahnya antara kaki mulus Bu Misye.

Sekalian mengelus-elus kontolnya yang sangat keras, Iwan mengatakan, "Bu Misye lebarkan lagi supaya semakin gampang"

Hal yang benar-benar mendebarkan buat Bu Misye akan berlangsung dengan perlahan-lahan Bu Misye buka lebar kakinya hingga tampaklah memeknya yang terlihat merekah dengan bibirnya yang cukup menggelambir. Perlahan-lahan serta tentu Iwan membimbing kontolnya masuk lobang kesenangan Bu Misye. Iwan merasai kehangatan memek Bu Misye serta kekencangannya seolah meremas rudal Iwan. Sebaliknya Bu Misye yang sejak dari barusan dengan berdebar menunggu hal itu seolah berhenti detak jantungnya saat dia mulai ditusuk oleh anak muda ini. Seolah menyobek barang paling bernilai yang dipunyainya.

Saat Iwan mulai percepat genjotannya nampaknya Bu Misye juga mulai membumbung ke awan. Sesaat di luar hujan seolah belum ingin stop. Iwan makin percepat genjotannya. Buah dada Bu Misye tergoncang-goncang ke sana-kemari. Bu Misye yang sebelumnya pasif sedikit memberikan perlawanan dengan menggoyahkan pantatnya. Tangannya mengepal memukul lantai, kepalanya bergoyang meredam udara birahi yang makin meninggi.

Pada akhirnya Bu Misye tidak kuat meredam cairan yang sebelumnya dia bendung-bendung, lobang memek Bu Misye mengerut kencang saat ia capai pucuk. Bu Misye malu mengapa ia dapat orgame walau sebenarnya dia tidak inginkan itu. Yang semakin membuat ia makin bertambah malu ialah Iwan seolah ketahui hal itu. Iwan tersenyum sekalian terus percepat genjotannya. Dalam hatinya ia mengatakan rupanya kau merasai kesenangan . Serta nampaknya Iwan akan sampai ke pucuk. Serta terdengar lenguhan panjang Iwan saat tangkai kontolnya dia tusukkan dalam-dalam sekalian merangkul erat Bu Misye keluarlah cairan sperma membanjiri lobang memek Bu Misye.

Iwan terkulai lemas di atas badan telanjang Bu Misye jiwa mereka seakan melayang-layang sesaat.

Kemudian Iwan bangun serta ambil bajunya sekalian mengatakan, "Bu Misye berpakaianlah, nampaknya hujan telah mulai surut, memek Ibu ueenak sekali, terima kasih ya Bu Misye".

Bu Misye memandang Iwan dalam hatinya bersatu di antara geram, gundah, bimbang. Tetapi satu hal yang ia tidak pungkiri jika ia nikmati perkosaan yang dilaksanakan Iwan.

Pada akhirnya Bu Misye memunguti baju selanjutnya mengenakannya kembali lagi. Mereka berjalan mengarah motor mereka tanpa ada bernada.

Nampaknya hujan telah surut. Bu Misye hidupkan mesin motornya, tetapi dia disetop lagi oleh Iwan.

Iwan mengatakan, "Bu Misye saya meminta maaf akan kelancangan saya, saya tidak dapat meredam pergolakan nafsu saya.."

Bu Misye tidak menjawab. Dia cuma memandang muka Iwan dengan mata yang berkaca-kaca. Iwan diam selanjutnya Iwan dekatkan mukanya serta ciuman hangat dia daratkan ke bibir Bu Misye. Pertama Bu Misye diam tetapi pada akhirnya Bu Misye membalas ciuman itu. Lidah mereka sama-sama bertautan. Sesaat selanjutnya Bu Misye tersadarkan serta melepas ciuman itu selanjutnya meluncurkan kendaraannya.

Iwan cuma terdiam terdiam selanjutnya naiki kendaraannya mengarah yang bersimpangan. Bu Misye menerobos hujan rintik-rintik dengan perasaan yang sebetulnya terpuaskan.

Dalam narasi di atas cuma sekelumit dari benang merah nya memiliki kandungan narasi pemerkosaan. demikian baca narasi dewasa mobile

Popular posts from this blog

Ria Si Gadis Centil

Tante Wike Yang Aduhai

Ngintip Teman SMP Mandi